Kesaksian korban gedung Bursa Efek: 'Musibah' sebelum dzuhur di musala

Kesaksian korban gedung Bursa Efek: 'Musibah' sebelum dzuhur di musala
Bursa Efek Indonesia Hak atas foto AMAILIA PUTRI/AFP Image caption Para korban runtuhan mezanin Gedung BEI sempat dievakuasi sementara di lobi sebelum dilarikan ke rumah sakit, Senin (15/1).

Hampir 24 jam setelah lantai mezanin di Gedung BEI ambruk, puluhan korban luka masih menjalani perawatan dan operasi di empat rumah sakit, termasuk sejumlah mahasiswi yang mengalami horor itu pada kesempatan pertama mereka di Jakarta.

Senin pagi kemarin, para mahasiswi Universitas Darma, Palembang, tiba di Jakarta dalam rombongan karya wisata universitas mereka, menumpang dua bus yang berangkat dari Plaju, sebuah kecamatan di Palembang, Sumatera Selatan.

Sebagian besar dari mereka mengaku baru pertama kali menjejakkan kali di Jakarta. Mereka membayar setidaknya Rp4 juta untuk studi berbalut plesir yang dijadwalkan berlangsung sepekan itu.

Hasil sementara penyelidikan robohnya balkon gedung BEI: apa yang sudah kita ketahui sejauh ini Balkon gedung BEI roboh: Tak ada korban jiwa, puluhan dirawat di RS

Sempat berhenti di area peristirahatan tol yang menghubungkan Pelabuhan Merak, Banten, dan Jakarta, dua bus yang mereka tumpangi langsung menuju Gedung BEI di Jalan Sudirman, Jakarta.

Mereka mengaku tiba lebih awal di gedung itu dari jadwal kunjungan ke BEI yang telah disusun sebelumnya, yakni pukul 13.00 WIB.

"Karena Jakarta macet, tidak apa-apa kami datang lebih dulu," kata Bedrith Septriana, mahasiswi Bina Darma yang mengalami retak punggung akibat jatuh dari mezanin Gedung BEI.

Hak atas foto Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Image caption "Laporan Kajian Teknis Pendahuluan, Kegagalan Bangunan Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia."

Bedrith berkata, ia dan rombongan mahasiswi lainnya lantas mencari musala untuk menunaikan ibadah salat dzuhur. Kelompok mahasiswi itu naik ke lantai mezanin, meninggalkan rekan-rekan mahasiswa mereka yang masih berada di luar gedung untuk pemeriksaan tas oleh petugas keamanan.

Namun belum sempat menemukan musala, lantai mezanin ambruk. Seperti dalam sejumlah rekaman kamera pengawas gedung BEI yang beredar ke media sosial, Bedrith dan para mahasiswi Bina Darma lainnya ikut terjatuh ke lantai satu.

Karya wisata Bina Darma pun berhenti. Mereka batal meneruskan perjalanan ke Bali dan Lombok yang seharusnya dilakukan Senin malam lalu.

Media playback tidak ada di perangkat Anda

Polisi masih menyelidiki penyebab ambruknya lantai mezanin di gedung II Bursa Efek Indonesia.

Investigasi kepolisian yang masih berlangsung belum menyimpulkan penyebab lantai itu runtuh. Namun para mahasiswi itu hampir satu suara: tidak berniat menuntut pihak manapun dan menganggap kejadian itu sebagai musibah.

Wartawan BBC Indonesia, Abraham Utama, mengumpulkan kesaksian beberapa korban peristiwa itu, usai mereka dioperasi dan menjalankan perawatan dokter.

Else Lilasari, 19 tahun

Hak atas foto BBC INDONESIA

Pas saya masuk, gedung BEI terlihat megah, saya tidak berpikir bisa ambruk. Tapi mungkin itu sudah takdir. Saya jatuh dan menimpa kaki teman saya, sebelumnya kami jalan bersebelahan, saya menggandeng tangannya. Sebelum pergi saya sudah membayangkan liburan di Lombok dan Bali, tahu-tahu malah jadi begini. Alhamdulilah tidak ada yang meninggal.

Bedrith Septriana, 21 tahun

Hak atas foto BBC INDONESIA

Lantai itu tiba-tiba rubuh sekitar jam 12 siang. Paginya, kami baru saja sampai Jakarta, berhenti dulu di rest area untuk mandi dan makan. Setelah sampai BEI, ssat itu jelang salat dzuhur, kami mencari musala di lantai atas. Belum sempat menemukan musala, lantai sudah rubuh. Saya jatuh dan tertimpa teman. Saya merayap keluar gedung sambil merunduk. Saya takut karena berpikir itu gempa dan bakal ada runtuhan lagi. Ini murni musibah. Biaya rumah sakit kami ditanggung, kami sudah dioperasi. Bagi saya, diberi kesembuhan saja sudah cukup.

Riska Herdiana, 21 tahun

Hak atas foto BBC INDONESIA

Setelah dari BEI, kami rencananya akan melihat Masjid Istiqlal dan Monas, lalu berangkat lagi ke Bali. Sekarang kaki kanan saya patah, dan kaki kiri retak. Saya tidak bisa bergerak lagi.

Saya merasa sedang berada di dalam film. Kejadian kemarin cepet sekali. Saya meminta tolong dan akhirnya ada petugas sekuriti yang menggendong. Kami yang tidak berdarah masih bisa bertahan lebih lama. Saya sampai di rumah sakit sekitar 12.45 WIB.

Semalam waktu tidur, rasanya seperti mau jatuh. Kejadian itu terus membayang di pikiran. Sampai sekarang saya tidak mau melihat berita kejadian itu di televisi.

Astra Dea, 20 tahun

Kemarin pertama kalinya saya datang ke Jakarta. Saat lantai ambruk, saya jatuh dalam posisi terlentang. Saya harus dipasangkan pan di pinggang dan kaki kiri.Saya tadi sudah melihat video saat kami jatuh. Melihat itu, saya trauma. Kejadiannya cepat sekali.

Diana Febrianti, 19 tahun

Hak atas foto BBC INDONESIA

Saya tidak sadar setelah terjatuh dan dibawa ke rumah sakit. Saya lihat teman-teman juga jatuh, kemudian banyak air tumpah.

______________________________________

Mayoritas korban kejadian itu mengalami retak atau patah tulang dan luka pada bagian kepala. Kepala Pengembangan Bisnis Rumah Sakit Siloam, Triana Tambunan, menduga luka itu muncul karena para korban jatuh, lalu tertimpa korban lainnya atau bongkahan lantai.

"Ada luka faktur di tangan, kaki, tulang belakang, panggul, pinggul. Untuk itu dilakukan beberapa operasi gabungan antara dokter bedah syaraf dan dokter ortopedi," kata Triana, Selasa (16/1).

Triana berkata, RS Siloam merawat 28 korban runtuhan lantai gedung BEI. Sebanyak 20 korban merupakan mahasiswi Bina Darma, sementara sisanya merupakan karyawan atau pengunjung di bangunan yang berada di pusat bisnis SCBD itu.

Puluhan korban lain tersebar di RS Jakarta, RS Angkatan Laut Mintohardjo, dan RS Pusat Pertamina.

Hak atas foto AMAILIA PUTRI/AFP Image caption Foto ini diabadikan sesaat setelah mezanin atau lantai tambahan antara lantai satu dan lantai dua Gedung BEI ambruk.

Sejak Selasa pagi tadi, olah tempat kejadian perkara dilakukan Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya dan Laboratorium Forensik Mabes Polri.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto, mengaku belum dapat memaparkan penyebab lantai ambruk di Gedung BEI, hingga polisi menuntaskan pengumpulan bukti, kesaksian, dan pendapat ahli.

Adapun, laporan awal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut dugaan mezanin Gedung BEI ambruk karena konsentrasi beban terkumpul pada salah satu titik selasar.

Akibatnya, seperti tertuang dalam dokumen resmi kementerian itu, salah satu penggantung selasar terlepas dan merembet ke penggantung lainnya.

Selain itu, Kementerian PUPR menduga beban di selasar itu tidak mampu dipikul tumpuan yang terdapat pada dinding vertikal sehingga bangunan ambruk.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.