Inspirasi perdamaian dari Ambon: 'Ale rasa beta rasa yang sempat terkoyak'
Cerita dua pemuda Ambon yang dulu bermusuhan saat terseret pusaran konflik atas nama agama dan sekarang bersahabat disebut para pembaca BBC sebagai inspirasi perdamaian.
Selama bertahun-tahun sejak konflik berdarah pecah pada Januari 1999, dua pemuda yang saat itu masih di bawah umur, ikut terlibat di garis depan, dalam aksi saling serang dan saling bunuh atas nama komunitas Muslim dan Kristen. Mereka termasuk dari ratusan tentara anak yang saat itu terlibat dalam konflik.
Sejak bertemu dalam salah satu acara perdamaian pada 2006 dan saling menumpahkan pengalaman dan perasaan, keduanya bersahabat dan aktif menjaga dan menebarkan perdamaian di Maluku.
Dulu mereka bermusuhan, kita bersahabat Facebook BBC Indonesia Saling bunuh, saling bakar sampai... ’sayang kamu semua’: Mantan tentara anak Islam dan Kristen Ambon Kisah mantan tentara anak Ambon: Bermusuhan, bersahabat dan menjadi duta damaiSebagian besar pembaca BBC yang membaca kisah mereka menyebut langkah persahabatan Iskandar Slameth dan Ronald Regang sebagai panutan untuk menguatkan keberagaman Indonesia.
Image caption Biarlah generasi kami saja yang mengalami konflik, kata Ronald dan Iskandar.Andre Christian Duma, antara lain melalui akun Facebook BBC Indonesia, mengatakan langkah mereka "Sangat penting untuk menguatkan tali kebhinekaan yang selalu diuji."
"Ambon menjadi contoh sejarah pembelajaran hidup. Ale Rasa Beta Rasa (Kamu Rasa, Saya Rasa) yang sempat terkoyak. Namun sekarang sudah kembali menjadi Ambon Manise," tulis Andre.
Pembaca lain, Hariyati Muryanto, menulis, "Kalian membuat terharu... kalian berdua luar biasa, jangan berhenti, sebarkan kedamaian, karena damai itu indah. Perbedaan itu indah. Biarlah kalian berdua menjadi panutan anak-anak muda di daerah yang lain."
Pesan kami "tersampaikan" Hak atas foto iSKANDAR SLAMETH Image caption Poster Iskandar dan Ronald di salah satu persimpangan jalan di kota Ambon yang dipasang Kamis (26/04).Ariantanto Eko Harnoko mengangkat pujian senada, "Salut luar biasa perjuangan mereka. Semoga kita semua bisa menjaga perdamaian ini sampai selamanya."
Iskandar dan Ronald sendiri menyatakan "sangat senang" dengan doa dan komentar positif atas kisah mereka.
"Banyak doa dan banyak harapan yang disampaikan melalui komentar-komentar positif dan bagi saya pesan yang ingin kami sampaikan, tersampaikan."
"Saya sangat senang, semoga apa yang menjadi pengalaman masa lalu kami berdua bisa menginspirasi banyak orang hingga bisa menempatkan pribadi masing-masing menjadi peace maker (penebar perdamaian) di lingkuman mereka masing-masing," kata Iskandar.
Hak atas foto iSkandar Slameth Image caption Iskandar banyak berpetualang sebagai pecinta alam.Fenty Suhartini - juga melalui Facebook BBC Indonesia - menulis, "semoga dari mereka akan banyak anak-anak muda Indonesia yang siap menjaga kedamaian di Indonesia yang diawali dengan kedamaian di lingkungan terkecil di sekeliling kita."
Fenty juga menulis, "Seandainya punya kesempatan bertemu mereka saya cuma mau dengar cerita mereka tentang arti perdamaian."
Hak atas foto Ronald Regang Image caption Ronald mengorganisir dan banyak terlibat dalam banyak kegiatan seni.Menanggapi ini, Ronald mengatakan "Damai itu adalah nafas, damai itu adalah darah yg mengalir, damai itu makanan setiap hari, dan damai adalah diri sendiri."
"Ke depan, kita terus menebar virus damai, merawat perdamaian. Kami banyak melakukan performance (pertunjukan) seni untuk damai dan kerja sama antar kampung" Islam dan Kristen. Juga banyak aktivitas live in (menginap di rumah teman), untuk pererat kekeluargaan," kata Ronald.
Masyarakat di Ambon masih tinggal terkotak-kotak, ada wilayah Kristen dan Muslim. Tak terlihat bagi pendatang pembatasan wilayah ini kecuali dengan adanya masjid dan gereja.
"Cerita yang tak bisa kami baca di buku sejarah"
Image caption Mereka bertemu pada 2006 dan menumpahkan perasaan dan sejak itu bersahabat.Poster Iskandar dan Ronald dipasang di salah satu sudut kota di Ambon Kamis (26/04) sebagai "contoh persaudaraan" Muslin dan Kriten dan sebagai bagian dari acara anak-anak muda Seni untuk Damai untuk semakin mempererat pertemanan.
"Kami mengajak generasi muda berkeliling dan menikmati karya visual, instalasi dan musik di lima titik di kota Ambon. Namun beberapa orang selama ini masih takut atau enggan untuk mengunjungi...dan kami mau mengajak orang-orang untuk melintasi batasi-batas perasaan takut, curiga yang masih ada," cerita Ronald terkait acara yang mereka selenggarakan pada akhir pekan (28/04) ini.
Ketika seniman Islam dan Kristen di satu panggung menjadi sesuatu yang 'mewah' Dilatih perang oleh pengebom Bali, Amrozi, tentara anak itu terbuka matanya setelah mendengar kisah seorang ibuKomentar-komentar lain melalui media sosial BBC Indonesia termasuk dari Sopie Krai yang menulis, "Rasanya saya gak butuh lagi apa-apa, cukup memiliki orang-orang dengan pemikiran dan hati seperti bang Ronald dan bang Iskandar akan betapa indahnya hidup dalam keberagaman."
Sementara Trianz Gia mengatakan, "Saya yakin saudara-saudara setanah air akan sangat bahagia mendengar cerita-cerita yang tidak bisa kami baca di buku sejarah, juga buku lainnya. Semoga cerita kalian juga akan membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan bahwa berbedapun agama atau suku nya kita semua Indonesia."
Komentar lain dari Shelly Yusvita Siregar yang menulis singkat, "Kalian berdua hebat, kalian bisa jadi duta perdamaian di Ambon."
Akun atas nama Holyway yang tinggal di Poso meminta Ronald dan Iskandar untuk datang ke Sulawesi Tengah, "Supaya tanah kelahiranku juga terinspirasi spirit kalian berdua... dan syukur juga Poso sudah aman sekarang. Kami semua sudah sadar, semua itu hanya hasutan dan dari provokator yang tidak ber Tuhan... bravo Perdamaian Poso Ambon !!!!"
Pria batak yang pantang menangisBanyak yang menyatakan terharu dan meneteskan air mata melihat video perjalanan persahabatan Ronald dan Iskandar.
Riduan Pintor Sihombing, di antaranya yang menyatakan sebagai "lelaki batak, pantang menangis!!!" mengaku menyerah.
"Tapi kali ini saya menangis melihat video ini. Semoga peristiwa yang pernah terjadi di Ambon tidak terjadi lagi dimanapun di bumi pertiwi. Karena kita semua bersaudara, anak bangsa yang lahir dari rahim ibu pertiwi yg satu, Indonesia," tulis Riduan.
Pembaca lain melihatnya sebagai satu cerita yang perlu diteladani di tempat lain di Indonesia.
"Jakarta dan kota lainnya di Indonesia harus belajar dari kasus di Ambon...kalau berulang lagi berarti kita bodoh sekali, tidak belajar dari sejarah, dan untuk polisi sebaiknya tindak tegas lah yang suka menghasut rakyat," tulis Destivano Wibowo.
Sementara Nyoman Sulastrini menulis "Kalian berdua terus maju pantang menyerah dan tanpa permusuhan. Kita semua bersaudara , cukup agama kita saja yang berbeda, tapi hati dan jiwa kita satu, maju terus anak anak bangsa."
"Bangsa ini tak akan bisa maju tanpa kalian anak anak bangsa sebarkanlah selalu kedamaian," tambah Nyoman.
Banyak pembaca BBC lain yang menyaksikan konflik Ambon ataupun Poso yang berbagi kisah melalui kolom komentar di Facebook BBC Indonesia.
Inilah pengalaman sebagian dari mereka yang dituangkan melalui kolom komentar di Facebook BBC Indonesia.
Media playback tidak ada di perangkat Anda
"Saya juga termasuk anak-anak korban kerusuhan tahun 1999 - 2003. Bisa dibilang rasa yang sama dengan dua saudara di atas. Saat itu usia saya tujuh tahun dan keluarga menetap di Ambon ngga pindah...kata orang tua kalau pindah maka desa jadi melemah dan mudah dimasuki.
"Mmungkin teman-teman di luar ngga pernah rasain bagaimana setiap malam yang didengar cuma bunyi bom dan tembakan. Tiap menit yang damai bisa berubah semenit kemudian 180° jadi mencekam.
"Nyawa jadi taruhan, sewaktu waktu anak kecil seperti kita bisa kehilangan kepala dan sebagainya. Tiap hari ada pemuda yang pulang dengan satu temannya mati atau dia sendiri yang mati.
Image caption Ronald dan Iskandar bertekad untuk terus menyebarkan perdamaian."Kita yang saat itu cuma anak anak cuma bisa berdoa karena saat itu kita yakin ngga bakalan bisa damai lagi tapi Alhamdulillah sekarang sudah damai dan saya harap saudara saudara di Ambon tetap menjaga hal itu.
"Cukup kita yang rasakan apa yang terjadi dulu jangan lagi ada hal seperti ini ke depannya...hidup terlalu berharga buat dihabiskan dengan perselisihan."
Rani Kusuma - Kita semua bersaudara
"Kejadian sama dengan kerusuhan Poso Dan saya juga mengalami apa yg dialami oleh mereka, walau tidak turun perang tapi melihat papa mengasah pisau, menyiapkan peralatan penjagaan dan peperangan untuk membela diri dan kampung biar tidak terbakar, sempat terpikir apakah papa saya bisa kembali dengan selamat.
"Mengungsi ke satu tempat ke tempat lain sampai Ujian Nasional SD tahun 1999 saya harus numpang ujian di sekolah lain karena sedang dalam masa pengungsian, kerusuhan Poso yg berjilid-jilid. Tapi Alhamdulillah sekarang kita samua basudara, tidak ada lagi dendam, mau lewat kampung Kristen ataupun sebaliknya sudah aman.
Jadi jangan tako lagi datang ke Poso karena masyarakat sudah sadar kalau semua itu hanya provokasi orang luar yang ingin memecah belah orang asli tanah Poso dengan mengatasnamakan agama. We Love Poso Sintuvu Maroso (Bersama/bersatu kita kuat), slogan Kabupaten Poso.
Riny Anwar"Saya punya saudara yang menjadi saksi hidup saat kejadian yang kelam itu, dia harus kehilangan suamiya yang Muslim Ambon di depan dia dan anak-anaknya yang masih kecil.
"Trauma itu masih membekas, syukur alhamdulillah kini dia hidupnya dengan anaknya yang bisa mengatasi trauma itu.
"Pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini untuk terus memupuk nilai-nilai persausaraan dan toleransi beragama, jangan beri celah sedikitpun untuk pemecah bangsa lewat SARA, apalagi yang dibalut dalam politik.
"Terima kasih nyong Ambon telah beri inspirasi untuk menjadi pegiat perdamaian bahwa kitorang bersaudara semua."
Evelin Lewa"Saya juga termasuk korban dari kerusuhan Maluku, mengungsi dari satu tempat ke tempat lain, kehilangan saudara, rumah dan harta, menyaksikan pembunuhan di depan mata, susah tidur, susah makan.
"Sampai bunyi dentuman senjata saja, saya bisa bedakan mana AK mana F 16 maupun mortir. Semua teringat jelas masa sulit waktu itu. Ambon bagai kota mati, tapi bersyukur seiiring berjalannya waktu seperti efek lelah capek saling bermusuhan, sehingga terjadilah seruan-seruan kedamaian bagi negeriku Maluku."
Fendhy Pattiwael"Kisah konflik di Ambon, yang sebenarnya tak perlu terjadi karena dari awal orang Ambon hidup damai.
"Saya menjadi bagian dari team medis yg kalah itu turut serta menangani korban-korban konflik di ambon, melihat sendiri korban yg diperlakukan di area konflik dgn tidak manusiawi. Tapi puji Tuhan awan kelam itu sudah berlalu."
Sitanggang Financy"Duh saya masih ingat peristiwa ini. Sangat menyedihkan. Terlebih karena kantor saya bos-bosnya orang Ambon...Jadi terasa banget kita yang di Jakarta saja terasa sangat mencekam. Mereka kontak sanak keluarga mereka di kampung. Duuuuhh jangan terjadi lagi ya Tuhan."
Laporan ini merupakan bagian dari Program BBC #MelintasiPerbedaan #CrossingDivides
Crossing Divides: Berbagai cerita tentang bagaimana orang berinteraksi dalam dunia yang terpolarisasi.
Post a Comment