Jejak Mistis Dibalik Pesona Taman Batu di Pulau Binongko, Wakatobi
KENDARIPOS.CO.ID — Wakatobi tak hanya terkenal dengan keindahan bahawa lautnya. Di daratan juga tak kalah elok. Salah satunya bisa dinikmati di taman batu (stone park) Pulau Binongko. Hamparan baru karang yang indah akan memanjakan warga atau siapapun yang berkunjung. Hanya saja, tidak boleh sembarangan bicara apalagi menggunakan pakaian merah saat berada di tempat ini. Bahaya!!
Jika di daerah lain memiliki berbagai macam taman bunga, pemandangan berbeda justru ada di Pulau Binongko. Tepat di ujung timur pulau ini, ada hamparan batu yang panjangnya sekira satu kilometer. Kawasan ini tepat berada di bagian paling timur pulau Binongko yang lokasinya tidak jauh dari Desa Haka Kecamatan Togo Binongko. Batu karang berwarna hitam itu membentang luas tak jauh dari bibir pantai.
Pemandangan ini terlihat unik hingga mampu membuat pengunjung tercengang ketika melihatnya. Bayangkan saja, sepanjang ratusan meter, dari barat ke timur hamparan batu karang yang seakan merekat itu berserahkan di mana-mana. Bak lukisan, batu-batu yang memiliki ukuran beragam tertata rapi dan begitu indah dipandang mata. Batu-batu itu terhampar dari bibir pantai hingga ke puncak bukit.
Daerah yang dulu dikenal sebagai pulau tukang besi ini merupakan salah satu wilayah yang jarang dikunjungi wisatawan. Selain lokasinya yang lumayan jauh dari ibu kota, pulau Binongko memiliki kondisi alam yang keras. Pasalnya, pulau ini tebentuk dari batuan karang yang membentuk sebuah pulau. Sehingga sedikit memiliki tanah dan gersang yang membuat masyarakat bercocok tanam di sela-sela batu.
Jika sudah berada di pulau ini, pengunjung akan menyaksikan susunan batu-batu karang yang berada di mana-mana. Bahkan, kebun-kebun warga sekitar lebih banyak batunya ketimbang tanah. Tapi, anehnya tanaman ini justru tumbuh subur di sela-sela batu tersebut. Tak heran, jika di pulau yang terkenal dengan para pelaut handalnya ini memilki Taman Batu.
Konon, wilayan ini merupakan salah satu kawasan perkampungan masyarakat. Namanya Desa Tadu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, sehingga warga yang menetap di sini memilih untuk pindah domisili. Suatu hari, warga terpaksa meninggalkan desa ini secara mendadak. Padahal, desa ini dikelilingi batu karang yang diyakini mampu untuk melindungi dari bencana alam, seperti banjir atau tanah longsor. Namun, berangsur-angsur warga pindah, akhirnya desa yang kini dikeramatkan masyarakat Binongko ini tak berpenghuni.
Tak jauh dari Taman Batu ini, ada lokasi yang dianggap sebagai situs keramat yakni danau bakau yang dipercaya warga lokal memiliki buaya putih. Dulu, beberapa warga bahkan mengaku pernah melihat buaya putih dan dipercaya sebagai penghuni danau ini. Bahkan berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat sekitar, buaya putih penunggu telaga ini pernah memangsa manusia.
Bagi pengunjung yang telah berada di taman ini, sebaiknya untuk selalu menjaga sopan santun dan tidak bertutur sembarangan. Warga yang menyambangi lokasi ini diharapkan tidak mengumpat dan mengucapkan kata-kata makian. Sebab, warga sekitar meyakini ungkapan seseorang bisa mempengaruhi kondisinya nanti. Sehingga tak jarang pengunjung selalu diimbau untuk berhati-hati dalam melontarkan kata-kata atau sebaiknya berucap yang baik-baik saja. Tak hanya itu, bagi pengunjung disarankan untuk tidak mengenakan pakain berwarna merah. “Kalau gunakakan pakaian merah bisa bahaya. Pulang bisa langsung jatuh sakit,” ujar Ato, salah satu tokoh masyarakat Binongko.
Dibalik cerita mistisnya, eks Desa Tadui ini kini berubah menjadi salah satu objek wisata andalan di pulau ini. Keunikannya seakan menghipnotis pengunjung. Selain itu, alam disekitar taman batu ini menambah pesona pemandangan. Lautan luas terpampang jelas dihadapan Taman Batu ini. Air laut yang super jernih semakin memperelok lokasi ini. Bahkan alam sekitar Taman Batu ini masih natural dan keasliannya hingga kini masih terjaga.
Tak ada gazebo atau tempat peristirahatan yang tersedia di lokasi ini. Dari jauh, pengunjung akan melihat tulisan ‘Taman Batu Stone Park’ yang dipajang menggunakan papan di atas tiang kayu. Tanda ini juga boleh dikata sebagai pengunjung telah berada di Taman Batu Binongko.
Menurut Camat Togo Binongko, Arifin jika ingin ke lokasi ini sebaiknya pengunjung memilih waktu yang tepat. Hindari kondisi cuaca terik. Bila perlu pengunjung ke Taman Batu pada pagi hari atau jelang sore hari. Mengingat, suhu lokasi ini jika jelang siang hari cukup panas. Selain dari sinar matahari, panas menyengat itu berasal dari batu-batu karang itu sendiri.
“Kalau siang hari, kondisinya sangat panas. Sebaiknya kalau ke sana pada sore hari saja,” tuturnya sembari memberi saran kepada pengunjung. Lanjut Arifin, jarak yang ditempuh menuju lokasi ini lumayan jauh. Jika pengunjung menggunakan trasportasi lokal (viar yang disulap menjadi transportasi umum masyarakat Binongko), jarak yang ditempuh kurang lebih 30 menit. Sekira 20 kilometer untuk mencapai lokasi ini jika star dari Kelurahan Popalia atau dari pusat Kecamatan Togo Binongko. Pengunjung hanya dibebankan tarif sebesar Rp 10 ribu saja.
“Untuk sampai di lokasi ini harus melewati Desa Oihu, Desa Waloindi lalu Desa Haka kalau dari Keluarahan Popalia. Tak jauh dari Desa Haka, pengunjung akan berjumpa dengan Taman Batu ini,” tambahnya. Sementara itu, Taman Batu ini telah masuk dalam list objek wisata yang ada di Pulau Binongko. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, Nadar tak pernah lupa menyebut dan mempromosikan lokasi ini kepada tamu daerah maupun para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. “Masing-masing pulau di Wakatobi memiliki beragam objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Di Binongko misalnya, ada Taman Batu yang sangat unik namun menarik perhatian,” jelasnya.
Sayangnya, jalan yang harus dilalui tidak semulus yang diharapkan. Pengunjung harus ekstra sabar karena dihadapkan dengan kondisi jalan yang sudah rusak. Meski begitu, perjuangan pengunjung dalam menghadapi jalan yang bergelombang terbayar dengan panorama Taman Batu yang menakjubkan.
Salah seorang pengunjung dari pulau Wangi-Wangi, Arman (28) mengaku senang telah menyempatkan diri mendatangi lokasi ini ketika berada di Binongko. Objek wisata ini dinilainya cukup unik namun indah. “Kita jarang melihat lokasi seperti ini. Jadi, tidak sia-sia juga saya berada di Taman Batu ini. Ini tentunya menjadi pengalaman menarik bagi saya. Meski jauh tapi saya senang sudah bisa sampai di sini,” tuturnya.
Sebagi bonus untuk pengunjung, tepat diujung pulau Binongko yang jaraknya tidak jauh dari Taman Batu terdapat bangunan mercusuar yang menjulang tinggi. Tingginya sekira 20 meter. Jika masih memiliki waktu, tak ada salahnya jika melanjutkan perjalanan ke mercusuar yang telah berdiri hingga puluhan tahun ini. Jika berada di sini, mata pengunjung akan semakin dimanjakan dengan pemandangan menarik lainnya. (b/*)
Post a Comment