Berbagai gaya arsitektur 'berani' gedung teater dunia

Berbagai gaya arsitektur 'berani' gedung teater dunia
Desain gedung teater Hak atas foto Heatherwick Studio & Fosters+Partners

Generasi baru bangunan teater dengan gaya arsitektur yang penuh karakter dan unik mulai bermunculan, menggantikan konsep 'kotak hitam' yang netral.

Pada abad 20, muncul berbagai eksperimen radikal dalam desain teater.

Sutradara teater terkenal seperti Tyrone Guthrie dan Zelda Fichlander mulai menolak gaya panggung yang seperti bingkai gambar, dan malah mengambil inspirasi dari panggung bentuk melingkar atau panggung yang terangkat ke atas — dan mencuat dari bawah auditorium — seperti zaman Yunani dan Romawi Kuno.

Hak atas foto AFP Image caption The Shed di New York adalah proyek yang ambisius dan berani.

Pada 1970an, sutradara Peter Brook mengubah aturan soal teater dan mementaskan drama di desa-desa Afrika, tambang, dan teater tua yang kaya atmosfer, Théâtre des Bouffes du Nord di Paris, di mana dia sempat mengambil alih selama beberapa dekade sejak 1974 bersama produser Prancis, Micheline Rozan.

Namun pada 1960an dan 1970an, muncul juga tren teater kotak hitam yang ultra-minimalis.

Warna hitam dibayangkan sebagai latar yang netral dan mudah diadaptasi ke berbagai produksi yang berbeda.

Tren desain revolusioner rumah mungil Bagaimana Instagram bisa menghasilkan para perancang

Desain hitam yang kontras dan minimal dianggap sebagai tanda ketajaman intelektual, dan netralitasnya dianggap sebagai simbol bahwa teater sebagai sesuatu yang menarik secara universal.

Mungkin saat itu, langkah untuk 'menghitamkan' teater dianggap avant-garde, namun kini banyak arsitek modern dan konsultan teater yang menganggap desain kotak hitam itu terlalu polos dan mengurangi nilai.

Dan sebagai balasannya, kini muncul teater-teater baru dengan gaya yang unik, bahkan maksimalis.

Hak atas foto Haworth Tompkins / RIBA / Philip Vile Image caption The Young Vic di London menunjukkan bagaimana teater bisa diperbarui untuk meningkatkan fleksibilitas.

Banyak teater yang mengikuti gaya Brook, mengambil tempat di gedung-gedung tua yang penuh karakter, kata Gavin Green, salah satu pendiri konsultansi teater dan akustik Charcoalblue, yang telah bekerjasama dengan arsitek di tempat-tempat seperti St Ann's Warehouse dan The Ronald O Perelman Performing Arts Center in New York, Storyhouse di Chester dan Young Vic di London.

Yang terakhir, diperbarui pada 2004 bersama dengan Howarth Tompkins Architects, dianggap sebagai contoh baik bagaimana teater yang diperbarui bisa meningkatkan fleksibilitas (ada ruang penampilan ketiga yang ditambahkan di situ).

Negara yang kehabisan tempat bagi para miliunernya Bagaimana kota kecil ini jadi tulang punggung sejumlah jembatan terkenal

"Ada reaksi melawan netralitas kotak hitam, yang saya lihat sebanding dengan galeri berbentuk kubus putih di dunia seni," kata Jeff Day, pendiri utama perusahaan arsitektur AS, Min | Day, yang merancang ulang Teater Bluebarn di Omaha, Nebraska.

"Dalam dunia teater, ada penurunan minat terhadap desain kotak hitam, karena dianggap umum oleh penonton dan membosankan, dan sutradara tak lagi merasakan perlu ada netralitas yang murni. Salah satu sebab lain, penolakan postmodern akan teater modern sebagai ruang abstrak yang terpisah dari konteks sosial. Sebagai perancang, kami termotivasi oleh keinginan untuk memberi atmosfer yang hangat dan mengundang."

Hak atas foto Getty Images Image caption Lokasi tempat kesenian Storyhouse di Chester, Inggris, yang merupakan perluasan dari bioskop 1930an yang direnovasi, dan dirancang oleh Bennetts Associates.

Di Bluebarn, Min | Day memberikan palet material yang beragam: bagian depannya terbuat dari besi Cor-Ten yang akan berkarat setelah terpapar elemen, sementara di bagian dalam, tembok dan lantainya terbuat dari kayu yang sudah didaur ulang, langit-langitnya dari kobalt biru, dan tempat duduknya bahan velvet warna oranye tua.

Tren baru lainnya adalah teater yang mengakui konteksnya.

Sebuah teater di Horris Hill Preparatory School di Berkshire, yang dibuat oleh Jonathan Tuckey Design dan rencananya akan selesai akhir tahun ini, memiliki atap yang ditutup oleh semen terakota yang sesuai dengan bangunan bata di sektarnya.

Bagian dalamnya dihiasi dengan kayu yang dilaminasi dan pucat.

"Kami ingin menjadi antitesis dari ruang kotak hitam yang polos," kata pendiri Jonathan Tuckey. Di bagian belakang auditorium ada amfiteater, dan taman di dekatnya bisa digunakan untuk penampilan di luar ruang.

Hak atas foto Jonathan Tuckey Design Image caption Teater di Horris Hill Preparatory School di Berkshire akan memiliki amfiteater dan taman untuk penampilan di luar ruang.

Selain itu ada perkembangan baru, kata Green, "teater di gedung-gedung tua atau yang khusus dibangun memiliki atmosfer dan tekstur akan ruang yang ditemukan."

St Ann's Warehouse oleh Marvel Architects, contohnya, mengambil tempat di gudang tembakau dari 1860an yang direnovasi, yang memberi kesan industrial namun materi yang sudah digunakan dengan baik — seperti bata,besi, dan plywood.

Belajar dan bermain di Museum Layang-layang Indonesia Trik desain yang bisa mendorong dan mengurangi kreativitas

Sementara itu, Yard Theater di London timur yang bisa menampung 100 orang bertempat di gudang yang tak lagi dipakai, dan auditoriumnya dibuat dari papan penahan yang digunakan ulang dan kursi dari restoran yang tak lagi beroperasi.

Storyhouse, bagian dari skema regenerasi di Chester, menempati bagian perluasan di bioskop Odeon yang dibangun pada 1930an, yang tutup pada 2007.

Bangunan utamanya, yang direnovasi ulang oleh Bennetts Associates, kini menjadi perpustakaan baru dan bioskop. Karya Art Deco asli yang berani dan berwarna krem bisa terlihat dari lorong merah yang menghubungkan teater dan bangunan di sebelahnya.

Hak atas foto AFP Image caption The Ronald O Perleman Performing Arts Center di New York, di lokasi bekas World Trade Center, akan ditutupi oleh marmer tembus pandang.

Storyhouse juga melambangkan perkembangan baru, bahwa konsep kotak hitam yang statis kini digantikan oleh pusat seni yang multidisipliner yang membutuhkan ruang-ruang yang fleksibel untuk bisa digunakan oleh banyak genre penampilan seni.

Banyak dari teater-teater ini yang bisa dibagi menjadi ruang yang lebih kecil atau yang tempat duduk dan panggungnya bisa dikonfigurasi ulang.

Storyhouse memiliki teater dengan tempat duduk 800 orang yang kemudian bisa diubah menjadi panggung dorong dengan kapasitas 500 orang.

"Sutradara dan perancang kini tertarik dengan fleksibilitas dan adaptabilitas, dan kemungkinan mengubah auditorium secara radikal," kata Green.

Hak atas foto Diller Scofidio + Renfro / Rockwell Group Image caption The Shed di New York, yang akan dibuka tahun depan, dan nantinya akan ditutupi oleh struktur tembus pandang.

Bagian luar The Shed di New York, yang dirancang oleh Diller Scofidio + Renfro bekerja sama dengan Rockwell Group dan akan dibuka tahun depan, tembus pandang dan bisa bergerak, sehingga jumlah kapasitas tampungannya bisa berlipat ganda; yaitu 1.200 orang.

Terinspirasi oleh sejarah kawasan industri di dekat High Line and West Side Railyard, komponen bergerak dari teater bisa bergerak di sepanjang rel, seperti gerbong kereta.

Peta London Underground: Desain yang membentuk kota Desain ruang kelas pengaruhi kemampuan akademis

Secara arsitektur, teater kini menjembatani antara luar ruang dan dalam ruang dalam upaya untuk menjadi lebih mudah diakses dan demokratis.

Dan ini, untungnya, berbarengan dengan teater menjadi lebih populer karena, menurut Green, "(seni ini) menyatukan orang. Anak-anak muda terutama, menginginkan pengalaman yang lebih hidup dan bisa dibagikan di era media sosial."

Hak atas foto Heatherwick Studio and Foster + Partners Image caption Pusat kebudayaan Fosun Foundation, Shanghai, memiliki fasad yang berlapis dengan bentuk tuba yang terinspirasi oleh anyaman Cina.

Di Shanghai, pusat kebudayaan Fosun Foundation yang dirancang oleh Heatherwick Studio bekerjasama dengan Foster + Partners mewujudkan banyak tren baru dalam desain teater: menggabungkan area panggung dan galeri serta memiliki fasad yang mewah dan semi-transparan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

Bangunan-bangunan menakjubkan yang menjadi kuil teknologi Sebuah kota di Belanda yang lebih menyerupai Dubai

Bagian fasadnya berbentuk seperti tirai yang menetes dengan tiga lapis tuba tembaga bentuk rumbai yang terinspirasi oleh anyaman Cina, bagian dari tradisi setempat.

Oleh para arsiteknya, bentuk ini disebut seperti 'tudung' dan setiap lapisannya bergerak secara mandiri, dan bisa memisah untuk memperlihatkan panggung yang bisa ditonton oleh orang-orang yang lewat dan membentuk tembok yang seperti organ.

Hak atas foto Tom Kessler Image caption Teater Bluebarn di Omaha, Nebraska yang dirancang oleh perusahaan arsitektur AS, Min | Day.

Teater Peckham di London, yang juga merupakan pusat kesenian multifungsi di Balai Kota Southwark, adalah bangunan baru dengan dengan fasad yang flamboyan dan ditutupi oleh keramik porselen yang bercahaya.

"Ubin keramiknya merefleksikan cahaya yang tergantung pada kondisi cuaca, dan menciptakan permukaan yang menarik dan terus berubah," kata Jude Harris, direktur Jestico + Whiles, yang merancangnya.

Dan The Ronald O Perelman Performing Arts Center, yang dibangun oleh biro arsitektur REX di bekas lokasi World Trade Center, akan ditutupi oleh marmer transparan yang menyala pada malam hari dan akan hidup dengan siluet dari pengunjung dan para aktor.

Hak atas foto Jestico and Whiles Image caption Teater Peckham di London memiliki fasad yang flamboyan dan ditutupi oleh keramik porselen yang bercahaya.

Eksterior yang flamboyan dari banyak gedung teater menegaskan bahwa ini adalah ruang pertunjukan. Dan seperti kata Harris, "rancangan Teater Peckham adalah gedung tontonan publik, dan tampilan luarnya ingin mencerminkan hal tersebut."

Versi asli tulisan ini bisa Anda baca di The brave new world of theatre design di laman BBC Culture

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.