Video viral 'Bu Dendy' dan 'yang salah' dengan istilah pelakor
Sebuah video yang memperlihatkan seorang perempuan yang dilempari berlembar-lembar uang Rp100.000 oleh perempuan lain yang sedang memarahinya menjadi viral di media sosial.
Meski video tersebut dianggap sebagai hal yang lucu oleh warganet, pengamat mengatakan bahwa hal ini mempromosikan bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Dalam video yang disebut 'Bu Dendy' itu, seorang perempuan berjilbab duduk di sofa dan menerima kemarahan dari seorang perempuan lain yang kemudian melemparinya dengan uang.
Kasus video seks: Apa hukum yang tepat bagi penebar 'revenge porn'? Kasus Dokter Letty: Kenapa selalu ada pembenaran buat para suami penembak istri?Perempuan yang memegang kamera dan tak tampak dalam layar itu menuduh perempuan berjilbab yang sedang duduk di sofa menerima uang dari pria yang diduga suaminya dan disebut dengan 'Pak Dendy'.
Hak atas foto Spredfast Image caption Pencatatan penggunaan 'Bu Dendy' di media sosial.Di beberapa platform media sosial berbeda, video tersebut tersebar lewat beberapa akun. Salah satunya, lewat akun milik @BanyuSadewa, video itu sudah ditonton lebih dari 200.000 kali dan disebarkan lebih dari 5.000 kali.
Percakapan yang memuat istilah 'Bu Dendy' meningkat pesat sejak Selasa (20/02) pagi dan sudah dipakai dalam lebih dari 30.000 cuitan sampai Selasa (20/02) sore. Lebih banyak cuitan bernada lucu yang mengomentari video tersebut.
Dalam beberapa unggahan di media sosial, termasuk di cuitan dari akun yang menyebarkan video tersebut, muncul istilah 'pelakor' yang merupakan kependekan dari 'perebut laki orang'.
Beberapa pengguna media sosial tak sepakat dengan penggunaan istilah ini yang disebut 'merendahkan'.
Menurut Komisioner Komnas Perempuan Budhi Wahyuni penggunaan media sosial memudahkan seseorang untuk merekam, mengekspresikan, membalas, dan meluapkan emosinya.
"Perempuan yang bisa jadi awalnya berpikir soal risiko, 'malu' atau 'apa sih keuntunganku', ini jadi terfasilitasi. Kemudian perempuan yang dianggap istri pertama atau istri sah, dia menjadi pemberani, tapi siapa yang dibela? Yang dibela adalah perilaku yang tidak benar, dalam hal ini menjelma dalam sosok si laki-laki.
"Perempuan berantem, berebut laki-laki, malah orang lain yang menikmati perseteruan ini," kata Budhi mengomentari penyebaran video tersebut.
Bisnis baru di Cina: 33 cara untuk mengusir perempuan/pria simpanan Ustad Arifin Ilham perkenalkan istri ketiga, benarkah kini tak banyak kritikan soal poligami? Hak atas foto Twitter/@BanyuSadewa"Kan perilakunya yang tidak disetujui, (suami) menduakan, tapi dia membela mati-matian suami. Sebetulnya siapa yang dia serang? Korban. Ini yang harus diwaspadai agar perempuan tidak terjebak. Malah dia nanti akan menjadi pelaku kalau kasus itu misalnya bisa diproses secara hukum," tambah Budhi.
Dia juga menambahkan bahwa istilah 'pelakor' yang digunakan merupakan sebuah bentuk cerminan dari perspektif masyarakat akan stigma negatif dari perempuan sebagai penggoda, hanya dengan istilah yang 'dihaluskan'.
"Istilah-istilah yang diciptakan ini hanya untuk memudahkan, sesuatu yang sebetulnya stigma, tapi dianggap bukan stigma," kata Budhi.
Post a Comment